Energi Geothermal di Flores: Antara Tantangan dan Keberkahan

Berita-Cendana.Com- Flores,- Flores adalah salah satu wilayah dengan potensi panas bumi terbesar di Indonesia. Di tengah tantangan ketersediaan energi dan ketergantungan pada sumber energi fosil seperti batu bara dan minyak dari luar pulau, pemanfaatan energi geothermal menjadi sangat penting. Sebagai seseorang yang berasal dari Flores dan berlatar belakang pendidikan hukum bisnis dan ekonomi, saya melihat kebutuhan mendesak untuk beralih ke energi terbarukan sebagai bentuk kemandirian dan keberlanjutan wilayah.

Sebagian masyarakat menanggapi rencana proyek geothermal dengan rasa cemas, terutama karena potensi dampak terhadap lingkungan dan mata pencaharian. Kekhawatiran ini wajar dan harus didengar. Namun, perlu dipahami bahwa panas bumi merupakan bagian dari ekosistem alami Flores. Ia akan tetap ada, apakah kita manfaatkan atau tidak. Pertanyaannya bukan pada perlu atau tidaknya, tetapi bagaimana kita mengelolanya secara bertanggung jawab, dengan teknologi yang tepat dan keterlibatan masyarakat lokal.

Secara hukum, kebijakan energi panas bumi bukanlah keputusan teknis semata. Dalam kerangka politik hukum, seperti yang dikemukakan Mahfud MD, arah kebijakan hukum negara ditentukan oleh kebutuhan sosial dan tujuan pembangunan nasional. Pemanfaatan energi terbarukan adalah bagian dari agenda besar pemerintah dalam mengejar kedaulatan energi, sejalan dengan komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon.

Lebih jauh lagi, menurut Satjipto Rahardjo, hukum harus menjadi alat rekayasa sosial (law as a tool of social engineering). Maka, dalam konteks Flores, hukum harus berfungsi mendorong transformasi ekonomi dan sosial melalui energi bersih, sambil tetap memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat terdampak.


Refleksi sederhana namun dapat kita temukan pada masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi. Setiap saat mereka hidup berdampingan dengan potensi bencana: erosi, longsor, bahkan letusan gunung. Namun, mereka memilih untuk tetap tinggal karena percaya bahwa tanah Merapi adalah berkah dari Sang Pencipta, subur, produktif, dan penuh harapan. Mereka hidup, bertani, dan menghidupi wilayah lain dari hasil panen Merapi. Ini bukan sekadar pilihan ekonomi, tapi juga ekspresi iman dan kearifan lokal. Sikap ini dapat menjadi cermin bagi masyarakat Flores. Panas bumi yang ada di perut bumi kita adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang tak bisa kita abaikan begitu saja.

Apakah adil jika Flores terus menikmati energi dari daerah lain, sementara menolak eksplorasi di tanah sendiri atas nama ekologi? Apalagi, secara geografis, kondisi berbukit di Flores membuat pilihan energi lain seperti panel surya menjadi lebih terbatas secara teknis dan ekonomis.

Dalam Laudate Deum (2023), Paus Fransiskus mengingatkan bahwa “pertobatan ekologis menuntut perubahan gaya hidup, solidaritas sosial, dan keterlibatan dalam aksi konkret.” Maka, saatnya kita bersikap tenang dan bijaksana. Jangan sampai ketakutan atau informasi yang belum utuh menghalangi langkah menuju masa depan energi bersih.

Masyarakat Flores perlu mendapatkan informasi yang utuh dan ilmiah dari para ahli geothermal, bukan hanya dari sumber-sumber yang tidak memiliki kompetensi teknis. Para pemuka agama dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam mendorong diskusi yang jernih, bukan memperkeruh suasana.

Seiring pertumbuhan sektor pariwisata, industri, dan pertanian, kebutuhan akan energi akan meningkat tajam. Mengandalkan sumber energi yang mahal dan tidak pasti dari luar pulau adalah pilihan yang tidak rasional. Flores memiliki potensi besar di bawah tanahnya. Energi itu adalah berkah, bukan beban. Tinggal bagaimana kita mengelolanya: dengan ilmu, iman, dan keberanian untuk maju.

Referensi:

1.Mahfud MD. (2009). Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

2.Satjipto Rahardjo. (2006). Hukum Progresif: Hukum yang Membebaskan. Jakarta: Kompas.

3. Paus Fransiskus. (2023). Laudate Deum. Vatikan.

4. Data potensi dan resiko geothermal di Flores, diolah dari berbagai sumber (termasuk laporan pembangunan PLTP Ulumbu dan Sokoria).

 Penulis: Arnoldus Yansen Pawe, S.E., M.H.



0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot