Berita-Cendana.Com- KUPANG,- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di bawah kepemimpinan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma mencatatkan capaian strategis melalui Program Quik Win, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Salah satu kegiatan unggulan dalam program ini adalah Pendampingan Masuk Perguruan Tinggi, TNI, Polri, dan Sekolah Kedinasan Tahun 2025, yang telah berhasil mengantar ratusan siswa NTT menembus ketatnya seleksi nasional.
Program ini merupakan bentuk intervensi aktif Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam menjawab rendahnya partisipasi lulusan SMA/SMK terhadap jalur pendidikan dan penugasan negara, seperti perguruan tinggi kedinasan, akademi militer dan kepolisian, serta PTN terkemuka. Kendala klasik seperti minimnya informasi, kurangnya persiapan akademik dan fisik, hingga keterbatasan ekonomi menjadi hambatan utama yang berulang setiap tahun.
Namun, pada tahun ini, pola kerja terstruktur yang dirancang dalam kerangka Quik Win terbukti memberikan hasil signifikan. Sebanyak 124 siswa dari seluruh NTT dinyatakan lolos dan diterima secara resmi di institusi TNI, Polri, dan sekolah-sekolah kedinasan milik negara. Ini merupakan lonjakan progresif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di mana angka kelulusan masih di bawah 100 siswa.
Capaian ini tidak datang tiba-tiba. Sejak Maret 2025, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT melaksanakan rangkaian kegiatan sistematis yang mencakup pemetaan minat siswa di 22 kabupaten/kota, peluncuran program oleh Gubernur NTT, pelaksanaan try out akbar serentak bekerja sama dengan Ruang Guru, pendampingan fisik bersama TNI/Polri, hingga sosialisasi daring yang menjangkau satuan pendidikan di pelosok. Sebanyak 2.137 siswa mengikuti program ini secara penuh, dan lebih dari 1.000 siswa berhasil menembus tahap seleksi akademik dan psikotes.
Tak hanya itu, angka penerimaan mahasiswa baru dari NTT melalui jalur SNBP dan SNBT tahun 2025 juga melonjak signifikan. Total 4.642 siswa diterima di berbagai perguruan tinggi nasional, dari program studi vokasi hingga bidang-bidang strategis seperti kedokteran, pertanian, hukum, dan teknik. Kota Kupang dan Kabupaten Kupang masih menjadi dua wilayah dengan capaian tertinggi, namun sejumlah kabupaten di Flores, Alor, dan Sumba mulai menunjukkan tren peningkatan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambros Kodo, menyampaikan bahwa program ini didesain sebagai upaya untuk menghadirkan keadilan akses pendidikan, bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
“Kami tidak ingin ada satu pun anak NTT yang memiliki potensi tetapi gagal meraih masa depannya hanya karena kurang informasi atau tidak ada pembinaan. Program ini hadir untuk menjembatani kesenjangan itu,” ujar Ambros kepada media, Jumat (11/7/2025).
Menurutnya, pendampingan ini bukan semata bimbingan teknis, melainkan juga transformasi karakter generasi muda agar siap menghadapi persaingan nasional secara tangguh.
“Kami membangun pola pendampingan yang terintegrasi dari pemetaan minat, pelatihan fisik dan akademik, hingga simulasi tes berbasis CAT. Semua dirancang untuk memastikan siswa-siswi NTT benar-benar siap bersaing,” tambah Ambros.
Ia juga menegaskan bahwa keberhasilan tahun ini bukan akhir, melainkan pijakan awal menuju sistem pendampingan berkelanjutan. Dinas akan mendorong program ini sebagai agenda tahunan prioritas, termasuk mengusulkan dukungan anggaran APBD secara khusus untuk menjangkau lebih banyak sekolah dan siswa di masa mendatang.
Keberhasilan Program Quik Win tidak lepas dari sinergi berbagai pemangku kepentingan: TNI, Polri, institusi pendidikan tinggi, alumni sekolah kedinasan, komunitas psikolog, dan lembaga pelatihan. Rapat-rapat koordinasi yang digelar sejak awal tahun menghasilkan pembentukan satuan tugas lintas instansi. Masing-masing lembaga diberi tanggung jawab sesuai fungsinya, termasuk dalam pembinaan fisik, simulasi psikotes, penyediaan materi bimbingan, dan fasilitasi pendaftaran online.
Sebagai contoh, pelaksanaan try out UTBK dan seleksi sekolah kedinasan dilakukan secara massal dan serentak di seluruh kabupaten/kota, dengan keterlibatan langsung kepala sekolah, koordinator pengawas, hingga orang tua siswa. Sekolah juga diwajibkan menggelar sosialisasi tentang jalur PTN, TNI/Polri, dan kedinasan sejak kelas X agar siswa dapat mempersiapkan diri lebih awal.
Meski capaian tahun ini cukup membanggakan, program ini masih menghadapi tantangan serius. Di antaranya adalah keterbatasan fasilitas latihan fisik di banyak sekolah, masalah jaringan internet saat proses pendaftaran online di daerah terpencil, hingga kekurangan pelatih profesional di bidang kesamaptaan dan psikotes.
Untuk mengatasi hal itu, beberapa rekomendasi strategis tengah disusun, antara lain:
1. Menetapkan program ini sebagai bagian dari RPJMD pendidikan NTT.
2. Mengembangkan platform digital pendampingan yang terintegrasi.
3. Membangun kerja sama formal dengan institusi pendidikan dan keamanan sebagai mitra tetap.
4. Meningkatkan kapasitas guru BK dan wali kelas dalam mendampingi siswa.
5. Menyediakan paket pendampingan berbasis wilayah dan kebutuhan lokal.
Angka-angka yang ditorehkan Program Quik Win tahun ini tidak hanya menjadi statistik keberhasilan, tetapi juga menumbuhkan harapan baru bagi ribuan anak muda NTT yang selama ini merasa terhalang oleh keterbatasan.
Para siswa yang berhasil lolos seleksi kini bersiap menjalani pendidikan di institusi negara, dari Akademi Militer, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, hingga Politeknik Keuangan Negara. Mereka tidak hanya membawa nama baik pribadi dan keluarga, tetapi juga membawa mimpi dan harga diri masyarakat NTT ke panggung nasional.
Gubernur NTT dalam peluncuran program di SMAN 3 Kupang sempat menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan kenaikan partisipasi pendidikan tinggi berbasis penugasan negara setiap tahun sebagai bagian dari visi besar pembangunan manusia NTT.
Dengan demikian, Program Quik Win tidak hanya layak dipertahankan, tetapi perlu diperkuat dan direplikasi. Karena di balik keberhasilan setiap anak NTT yang lolos TNI, Polri, dan sekolah kedinasan, tersimpan kerja kolektif yang terstruktur, kolaboratif, dan berpihak pada masa depan.
*Relevan dan Berdampak*
Program Quick Win atau Program Percepatan yang digagas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) dinilai sangat relevan dengan kondisi sosial dan pembangunan nasional saat ini, khususnya dalam sektor pendidikan. Melalui pendekatan reformasi birokrasi yang lebih dinamis dan berorientasi pada pelayanan publik, Quick Win menjadi salah satu instrumen penguatan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Salah satu akademisi NTT, Dr. Patrisius Kami, S.Pd., M.Hum., menyampaikan pandangannya bahwa Quick Win bukan sekadar agenda periodik, tetapi merupakan bentuk nyata dari proses rebirokratisasi, pendauran ulang pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab negara terhadap warganya.
“Program Quick Win ini bukan hanya soal percepatan, tapi juga penyadaran bahwa negara punya kewajiban mendasar dalam melayani rakyatnya secara adil dan bermartabat,” ungkap Rektor Universitas Aryasatia Deo Muri (UNADRI) Kupang ini.
Ia menilai, semangat dasar reformasi birokrasi sudah mulai digagas sejak era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2004, khususnya dengan lahirnya Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025 melalui Perpres Nomor 81 Tahun 2010.
Quick Win di bidang pendidikan, menurutnya, merupakan pengejawantahan dari prinsip birokrasi yang bersih, profesional, dan akuntabel. Ia mengapresiasi Pemprov NTT karena telah menempatkan persoalan pendidikan sebagai sektor utama yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Tahun ini, tercatat lebih dari 4.000 siswa asal NTT diterima di berbagai perguruan tinggi nasional, dan ratusan lainnya lolos ke sekolah kedinasan, TNI, dan Polri melalui program pendampingan terstruktur yang diluncurkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Ini menjadi capaian konkret dari semangat Quick Win yang berpihak pada peningkatan sumber daya manusia.
Meski begitu, ia menekankan pentingnya keberlanjutan dan evaluasi serius dari program-program tersebut.
“Kita tidak ingin Quick Win hanya jadi program rutinitas yang habis masa jabatan ikut habis pula gaungnya. Program ini harus berdampak langsung pada fondasi kehidupan bangsa, terutama pendidikan karakter keindonesiaan,” jarnya.
Ia menyoroti pentingnya orientasi pembangunan SDM yang tidak sekadar diarahkan untuk menjadi tenaga kerja industri semata, tetapi juga tumbuh sebagai manusia Indonesia seutuhnya yakni ber-Tuhan, adil, beradab, bersatu, penuh kebijaksanaan dan berkeadilan.
“Anak-anak NTT yang kuliah di luar daerah atau di kampus-kampus lokal, semua harus punya semangat yang sama yakni menjadi agen perubahan yang berpihak pada rakyat, bukan sekadar menjadi lulusan yang membanggakan almamater, tetapi membawa makna dan perubahan,” tegasnya.
Ia pun berharap agar program Quick Win bisa terus dikawal dan diperkuat sebagai bagian dari gerakan reformasi birokrasi yang mengakar pada nilai-nilai kearifan lokal, karakter Pancasila, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta menjadi kontribusi nyata dalam pembangunan NTT dari desa hingga ke pusat kota.
“Suatu saat nanti, mereka akan kembali ke tengah masyarakat dan berkata dengan lantang: Ayo Bangun NTT!," tegasnya.
*Bukti Nyata Komitmen Pemerintah*
Remalya Eklesiawati Bajoanita Latupeirissa, lulusan SMAN 1 Kupang yang berhasil lolos ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), menyampaikan apresiasi mendalam atas Program Quick Win Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, program ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mempersiapkan generasi muda NTT untuk menembus perguruan tinggi terbaik di dalam dan luar negeri.
“Program Quick Win ini sangat bagus dan memiliki dampak yang baik karena banyak peserta didik kelas 12 yang didampingi secara akademik maupun non-akademik untuk menggapai cita-cita mereka,” kata Remalya saat dihubungi media ini. Ia menyampaikan bahwa program ini menjadi bentuk perhatian nyata Pemerintah Provinsi NTT terhadap masa depan putra-putri daerah.
Remalya mengikuti salah satu bentuk program Quick Win berupa pembimbingan UTBK yang dilaksanakan langsung di sekolahnya. SMAN 1 Kupang, menurutnya, telah melakukan pemetaan minat siswa terhadap perguruan tinggi negeri maupun swasta, yang kemudian dilaporkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
“Dalam pembimbingan UTBK itu, dinas sempat memfasilitasi sekolah dengan memberikan buku yang digunakan untuk belajar UTBK. Setelah pengumuman SNBP, juga diadakan simulasi tes UTBK di SMA Negeri 3 Kupang,” jelasnya. Tidak hanya itu, ia juga menyebut adanya sosialisasi dari dosen Universitas Nusa Cendana (Undana) yang memberikan tips-tips mengerjakan soal UTBK kepada para siswa.
Pendampingan akademik inilah yang sangat dirasakan langsung manfaatnya oleh Remalya. Namun ia juga menggarisbawahi bahwa program ini tidak hanya menyasar siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi juga mereka yang mengikuti seleksi sekolah kedinasan dan TNI/Polri. “Ada juga pendampingan untuk teman-teman yang ingin mengikuti Tes Kedinasan, seperti persiapan fisik, mental, dan karakter,” ungkapnya.
Melalui pernyataannya, Remalya menyampaikan harapan agar program Quick Win tetap dilanjutkan dan diperluas cakupannya ke seluruh wilayah NTT. “Saya berharap agar program ini terus berjalan sehingga banyak putra-putri daerah yang dapat menempuh pendidikan entah itu di dalam NTT maupun di luar NTT,” tutupnya. (*)
Posting Komentar