Antara Malas dan Mandiri: Dilema Dampak Positif dan Negatif AI Generatif dalam Pembelajaran Mahasiswa


AI Generatif mampu menjawab tugas kuliah dalam 3 detik. Mahasiswa menyalinnya dalam 5 menit

Berita-Cendana.Com- Jakarta, - Di ruang kelas era digital, dosen tak hanya bersaing dengan TikTok, tetapi juga dengan teknologi AI generatif seperti ChatGPT. Banyak mahasiswa yang mengaku lebih suka bertanya pada AI ketimbang dosennya karena bisa dilakukan dengan cepat dan tanpa rasa malu. Namun, fenomena ini menyisakan tanda tanya besar, yaitu apakah ini akan menciptakan kemajuan atau kemunduran dalam pembelajaran?

Penggunakan AI Generatif berisiko menghasilkan generasi M yaitu generasi Malas dan Micin jika tidak digunakan dengan benar. Istilah generasi Malas muncul karena ketika AI Generatif menjadi sumber utama pengetahuan, mahasiswa berpotensi tidak lagi terdorong untuk belajar secara mandiri atau membaca sumber asli. Karena AI Generatif sudah menjawab, mahasiswa mungkin merasa tidak perlu mencari referensi lain. Istilah generasi micin dapat terjadi karena AI generatif dapat diibaratkan seperti MSG yang dapat menambah rasa karena sepertinya jawaban terasa sempurna namun tidak otomatis dapat menambah gizi dalam arti penanya bisa saja tidak benar-benar paham jawaban yang diberikan AI generatif. Tanpa refleksi dan pemikiran mendalam, ia hanya menyajikan jawaban yang tampak meyakinkan namun kosong secara intelektual karena bisa tidak sepenuhnya benar ataupun benar namun tidak benar-benar dipahami penanya. Tetapi bila digunakan secara kritis dan terarah, AI justru dapat menjadi katalis pembelajaran yang bergizi. 

AI Generatif digunakan dengan benar ketika pengguna memperlakukannya sebagai asisten digital. Sebagai asisten, pengguna yang mengarahkan, memberi umpan balik dan memiliki pengetahuan terhadap materi yang ditanyakan. Self-Determination Theory (SDT) menyebutkan bahwa manusia tumbuh optimal diantaranya jika memiliki rasa otonomi dan kompetensi melalui penggunaan teknologi. Pada Information Systems Success Model (ISSM), pengguna teknologi dapat memperoleh manfaat prestasi belajar. 

ChatGPT, DeepSeek, Gemini, Bard, Claude, semuanya merupakan alat bantu yang luar biasa jika dimanfaatkan dengan baik. Tantangan terbesar pendidikan saat ini bukan mengadopsi teknologi, tapi mendidik kemampuan berpikir agar tetap aktif ketika teknologi yang memanjakan hadir.

Ketika mahasiswa menggunakan AI dengan benar maka makna M akan bertransformasi menjadi generasi Mandiri dan generasi Mau Mikir. 

Ahmad Et Al. Pada tahun 2023 menyampaikan bahwa penggunaan AI dapat menimbulkan risiko meningkatnya kemalasan dan penurunan kemampuan pengambilan Keputusan.

Duong Et Al. Pada tahun 2024 menyatakan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI Generatif  dapat meningkatkan rasa cemas karena khawatir terhadap keakuratan jawaban AI Generatif, kekhawatiran terhadap privasi, atau merasa terlalu bergantung pada teknologi ini.

Abbas Et Al. Pada tahun 2024 menyatakan bahwa penggunaan AI Generatif dapat berpotensi menyebabkan kebiasaan menunda, penurunan kemampuan mengingat serta menyimpan informasi dan mengganggu prestasi akademis siswa. 

Sebaliknya Annamalai Et Al. Pada tahun 2025 menyampaikan bahwa penggunaan AI Generatif secara positif dan reflektif berkontribusi terhadap peningkatan kemandirian belajar dan kompetensi akademik mahasiswa.

Selain itu, Li Et Al. Pada tahun 2024 menyatakan bahwa penggunaan AI Generatif secara positif terbukti meningkatkan keterlibatan dan motivasi mahasiswa, yang kemudian mendorong pembelajaran mandiri dan pada akhirnya meningkatkan kemampuan mahasiswa.

Apakah kita dapat hidup berdampingan dengan AI Generatif?

Setiap kali mahasiswa menggunakan AI Generatif, sebaiknya ia mengajukan pertanyaan reflektif, yaitu “Apa yang saya pelajari dari sini? Apakah saya semakin paham atau tidak?” Refleksi ini dapat menjaga integritas akademik dan kualitas pembelajaran. Framework 5–3–1 dapat pula digunakan sebagai strategi belajar yang mengajak mahasiswa untuk memulai diskusi dengan 5 ide dari diri sendiri, memperkayanya dengan 3 referensi dari AI, dan memverifikasi lewat 1 diskusi dengan teman atau dosen. Dengan pola ini, proses berpikir tidak berhenti pada kecanggihan teknologi, tapi justru tumbuh melalui refleksi dan dialog. Saya menutup dengan sebuah Kesimpulan: "Tantangan terbesar pendidikan saat ini bukan mengadopsi teknologi, tapi mendidik kemampuan berpikir agar tetap aktif ketika teknologi yang memanjakan hadir.,”.

Penulis: ARNOLD ARIBOWO, S.T, M.T. Dosen Sistem Informasi Universitas Pelita Harapan




 







0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot