OPINI: PERANAN PAK DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

Margarita D. I. Ottu, S.Pd.,M.Pd.K.


Berita-Cendana.com- Soe,- Pada abad ke-21 Indonesia mengalami saat-saat kritis, berbagai nilai-nilai sedang mengalami pergeseran. Kita berada dalam dua tarikan yaitu globalisasi pada satu sisi dan arus primodialism pada sisi lain, kedua tarikan arus ini dapat menimbulkan permusuhan dan perselisihan dan dapat pula terjadi kekerasan.


Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan rintangan atau hambatan terhadap pembangunan, karena dengan demikian akan mengurangi kepercayaan diri dari wanita, menghambat kemampuan wanita untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan sosial, mengganggu kesehatan wanita, mengurangi otonomi wanita baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan fisik. Hal ini menyebabkan kemampuan wanita untuk memanfaatkan kehidupannya baik fisik, ekonomi, politik dan kultural menjadi terganggu.


Orang-orang yang memiliki predisposisi psikis yang lemah dan labil, ditambah dengan pengalaman-pengalaman traumatis, dan cara pemasakan yang keliru yaitu internalisasi pengalaman-pengalaman traumatis dalam kehidupan kejiwaan dengan cara yang keliru bisa memunculkan gejala: dekompensasi, psikotis, dan neurosa.


Sebagai contoh, di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan data Sanggar Suara Perempuan (SSP) TTS yang adalah sebuah Yayasan yang konsen terhadap persoalan perempuan dan anak di TTS, menyebutkan bahwa sejak dua tahun terakhir, tahun 2018 – 2020 telah terjadi 263 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di TTS. Angka yang paling tinggi adalah kekerasan seksual terhadap perempuan yakni 139 kasus.


Rincian dari 263 kasus kekerasan diantaranya; Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 79 kasus, Penganiayaan 29 kasus, Perdagangan orang 2 kasus, kekerasan psikis 15 kasus, dan anak hilang 1 kasus. Hingga Februari 2021 terdapat 16 kasus yang sudah didampingi oleh Sanggar Suara Perempuan sedangkan masih banyak yang tidak sempat dilaporkan atau bahkan takut dilaporkan oleh perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan.


Tindak kekerasan merupakan suatu fenomena yang kompleks, akibat dari berbagai faktor antara lain kemiskinan, rasial, penggunaan obat terlarang dan alkohol, paparan kekerasan usia dini (child abuse) dan kekerasan dari media massa. Bahwa tekanan ekonomi keluarga berpengaruh secara tidak langsung kepada kenakalan pelajar melalui gaya pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak remajanya tersebut. Menyebutkan bahwa peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja adalah ada peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja.


Gangguan dalam hubungan dengan orangtua merupakan faktor psikososial yang utama dalam gejala bunuh diri pada remaja. Hubungan emosional yang baik antara orangtua dan remaja sangat dibutuhkan. Namun, jika terganggu mengakibatkan remaja menjadi putus asa, depresif, dan akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri saja. 


Anak/remaja sekarang banyak yang terperangkap dalam berbagai situasi sosial yang sangat tidak kondusif. Mereka stres oleh tekanan-tekanan dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat, hingga memicu perilaku agresif yang seringkali tidak terkontrol sebagai akibat trauma yang mereka alami. Pemberian lingkungan yang tidak kondusif pada remaja, tekanan yang berlebihan dan hal-hal yang secara psikologis menyebabkan remaja terluka inilah yang oleh Seto Mulyadi, ditekankan sebagai kekerasan psikologis. Bentuknya bisa berupa tudingan, memberikan label buruk pada remaja, ancaman, tudingan ataupun umpatan, kata-kata yang kasar, maupun gerakan-gerakan mengancam, membuat anak terluka hatinya, membuat anak takut, stress dan sebagainya.


Menjadi Tanggung Jawab Siapa?


Kekerasan yang terjadi dalam keluarga menuntut berbagai elemen baik keluarga, masyarakat, gereja dan lembaga pendidikan untuk tidak menutup mata atas kenyataan yang ada. Oleh karena itu, pentingnya penerapan Pendidikan agama Kristen harus sungguh-sungguh diterapkan oleh keluarga, gereja dan lembaga pendidikan karena kekerasan bukan semata-mata merupakan persoalan sosial, psikologis, dan hukum, melainkan juga persoalan teologis, sebab tindakan kekerasan tidak sesuai dengan kehendak Allah, oleh karena itu pendidikan Agama Kristen haruslah berperan aktif sebagai upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan dan anak.



Konseling Krisis 


Selain luka fisik, perempuan dan anak/remaja juga menderita secara psikis. Ia membutuhkan perhatian untuk disembuhkan. Remaja menderita tekanan batin. Ia merasa kuwatir, menjadi tidak tenang, merasa tidak berdaya, dan menyalahkan diri sendiri. Secara sosial, ia mengalami keterasingan hubungan dengan masyarakat dan persekutuan Jemaat. Akibatnya, remaja berada dalam situasi krisis dan mengatasi krisisnya secara destruktif. Kekerasan yang dialami remaja dalam keluarga merupakan suatu peristiwa krisis.


Langkah-langkah konseling krisis yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan trauma remaja, yaitu dengan menggunakan metode ABC. Tiga komponen dalam metode ini dirinci menurut pengembangan yang dilakukan oleh Switzer, yakni:19 (1) Achieve contact with person (mencapai hubungan dengan konseli), terdiri dari membangun hubungan, mengenal masalah yang ada sekarang ini dan peristiwa yang memicu, membantu pengungkapan katarsis, membangun suatu pengertian yang penuh pengharapan; (2) Boiling down the problem to its essential (memfokuskan masalah pada bagiannya, terdiri dari menyelidiki situasi sekarang ini dan mengenal ancaman; (3) Cope actively with the problem (menanggulangi masalah), yaitu menginventarisasi sumber-sumber penanggulangan masalah, membantu dalam membuat keputusan, menekankan hubungan dengan orang lain, dan meringkaskan pembelajaran yang baru.


 Kelompok Pertumbuhan di Lingkungan maupun di Sekolah


Kelompok pertumbuhan adalah suatu bentuk pendampingan pastoral melalui persekutuan dan konseling yang digabungkan, dalam hal ini konseling krisis. Kunci keberhasilan pelayanan dalam kelompok ini adalah komunikasi yang terjadi dalam kelompok, di mana kehidupan bertemu dengan kehidupan dan kejujuran menjadi saluran anugerah Allah. Melalui keterbukaan dan kejujuran, iklim ketergantungan yang memperlancar pertumbuhan diciptakan. Kelompok pertumbuhan juga merupakan sarana untuk mendukung konseling krisis karena ada hubungan yang saling melengkapi antara konseling krisis dan kelompok pertumbuhan. 


Adapun berbagai kelompok pertumbuhan, yakni kelompok konseling edukatif; kelompok pertumbuhan iman; kelompok sharing;  dapat digunakan untuk menolong anak/para remaja untuk memperkuat rasa identitas mereka; mengembangkan keterampilan hubungan yang baru dengan lawan jenis; meningkatkan perasaan mereka tentang harga diri; memelihara bagian dewasa batiniah kepribadian mereka dalam mengendalikan hidup mereka; mengembangkan iman mereka yang aktif dan nilai-nilai etis mereka yang bertanggung jawab. 


Hal-hal yang menjadi pergumulan utama mereka di masa remaja untuk menjadi dewasa, dan juga tugas perkembangannya. Disinilah, perlunya penerapan Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan proses pengajaran berdasarkan Alkitab dan berpusat pada Kristus, yang bersandar pada kuasa Roh Kudus untuk membimbing orang-orang dari semua tingkat iman dan pertumbuhan.

 

Penerepan PAK di Lingkungan Sekolah


Pendidikan Agama Kristen memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama Kristen dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping melatih kepekaan terhadap masalah-masalah moral masa kini. Ruang lingkupnya, pendalaman ajaran Kristen tentang Allah, manusia dan kehidupan Kristen sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Mengajarkan Firman Tuhan, Membawa perjumpaan dengan Kristus, Memiliki kemampuan dan keterampilan melalui empat prinsip utama dalam Pendidikan Agama Kristen.


Konseling krisis dan kelompok pertumbuhan merupakan upaya dalam menolong perempuan dan anak/remaja agar diberdayakan untuk mengatasi krisis secara konstruktif dengan kemampuannya sendiri. Dengan menggunakan metode intervensi krisis, perempuan dan anak/remaja ditolong untuk menghilangkan atau mengurangi tanda yang membimbingnya kepada tindakan yang destruktif sambil remaja belajar mengatasi masalahnya sendiri Pendidikan Agama Kristen menjadi salah satu solusi dalam menanggulangi kekerasan dan menjadi tanggung jawab bersama yakni keluarga, Gereja, Sekolah dan Pemerintah sangat penting sebagai upaya yang sifatnya never ending process (yang tidak dibatasi waktu) dengan berlandaskan pada Alkitab. Bagi pendidik dapat menerapkan strategi dan metode berteologi dan Pekabaran Injilnya, sehingga melalui pola ini menjadi kesaksian yang memuliakan Tuhan.


Keluarga, Lingkungan, Sekolah, Gereja menjadi wadah yang tepat dalam penerapan Pendidikan Agama Kristen kepada perempuan dan anak/remaja dengan terus mengarahkan dan membangkitkan mereka agar berkembang untuk menggapai kepribadian yang utuh mencerminkan sebagai gambar Allah yang mempunyai sifat kasih dan ketaatan pada Tuhan.


Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga dimulai dengan pembentukan karakter Kristen sejak dini dan menjadi sebuah keharusan, karena dampak positif dan negatife era milineal dan digital serta arus komunikasi global yang transparan seolah tidak ada sekat antara satu belahan bumi dengan lainnya, sehingga perlu disikapi dengan arif.


Lembaga keluarga, gereja, tokoh masyarakat, tokoh agama secara bersama-sama mengutamakan pendidikan karakter, reformasi pendidikan agama melalui pendidikan keteladanan dan sikap lebih besar porsinya dari penekanan atas pengetahuan agama itu. Pemerintah mengkaji kondisi masyarakat yang terus berubah dan menerbitkan regulasi yang adil, merata dan bernuansa toleransi dan harmonisasi.


0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot