Walikota Kupang: Budaya Jadi Pintu Masuk Kerja Sama Kawasan Pasifik


Berita-Cendana.Com- Kupang,- Walikota Kupang, dr. Christian Widodo mengatakan bahwa budaya menjadi pintu masuk kerja sama kawasan Pasifik. Demikian disampaikan oleh dr. Christian Widodo saat mendampingi Menteri Kebudayaan Republik Indonesia membuka Pameran IPACS 2025 di depan Hotel Harper Kupang.

Walikota Kupang mendampingi Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, dalam Pembukaan Pameran Pemajuan Kebudayaan Indonesia Kawasan Timur yang merupakan bagian dari Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025, di depan Hotel Harper Kupang, Selasa, 11 November 2025.

dr. Christian Widodo, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan IPACS 2025 di Kota Kupang. Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini sejatinya telah berlangsung sejak 3 November melalui program residensi budaya yang melibatkan pelaku budaya dari berbagai negara Pasifik. “Kegiatan ini sebenarnya sudah mulai dari tanggal 3. Para pelaku budaya datang dan kami menjamu mereka lewat gala dinner. Hasil-hasil dari residensi budaya itulah yang kini dipamerkan,” jelasnya.

Menurutnya, ajang IPACS tidak hanya mempererat hubungan budaya, tetapi juga membuka pintu kerja sama ekonomi dan pertukaran gagasan antarnegara di kawasan Pasifik. “Selain pertukaran budaya dan silaturahmi, yang lebih penting adalah ini jadi pintu masuk kerja sama antarnegara Pasifik. Peluang ekonomi dan perdagangan bisa terbuka lewat budaya,” ujar Christian Widodo.

Pemerintah Kota Kupang turut berkontribusi dalam rangkaian kegiatan, antara lain menampilkan karya seni pelajar SD dan SMP, serta menggelar festival drone dalam gala dinner berikutnya. “Kami bantu hal-hal kecil, tapi dampaknya besar. Hotel-hotel penuh, restoran ramai, UMKM bergerak. Prinsipnya, dimana orang berkumpul, disitu ekonomi bertumbuh,”. Terlihat kegiatan-kegiatan itu sangat menyentuh Visi Misi Walikota Kupang terkait meningkatkan daya saing ekonomi berbasis UMKM serta Membangun Kota berbasis lingkungan dan budaya.

Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) merupakan platform kerja sama budaya antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Pasifik. Kegiatan ini mencakup pameran, residensi seniman, pertunjukan seni, serta dialog kebudayaan yang memperkuat konektivitas antarbangsa melalui nilai-nilai budaya dan kemanusiaan.

Acara ini dihadiri oleh para menteri kebudayaan dari berbagai negara Pasifik, antara lain Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Papua Nugini, Menteri Kebudayaan, Warisan, dan Seni Fiji, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kepulauan Solomon, Menteri Pemuda, Olahraga, dan Kebudayaan Kaledonia Baru serta sejumlah Delegasi IPACS lainnya. Turut hadir Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, sejumlah pejabat Kementerian Kebudayaan RI, serta Wakil Menteri Dalam Negeri, Dr. Ribka Haluk.

Dalam kesempatan tersebut, Kementerian Kebudayaan juga meluncurkan buku “The Listening Friend”, sebuah karya yang merepresentasikan ruang bagi narasi-narasi budaya yang beragam untuk saling bersilangan dan memperkaya identitas bangsa. “Apa yang kita saksikan di sini adalah sinergi dalam bentuk yang paling nyata, di mana seniman, pelaku budaya, dan komunitas dari seluruh nusantara dan Pasifik berkumpul dengan satu visi: memajukan kebudayaan sebagai kekuatan peradaban dunia,” tambahnya.

Fadli Zon menegaskan bahwa Indonesia merupakan bagian integral dari kawasan Pasifik dan dunia Melanesia. “Indonesia bukan hanya bagian dari Asia, tetapi juga bagian dari Pasifik, terutama provinsi-provinsi di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kerja sama budaya dengan negara-negara Pasifik perlu terus diperkuat karena Indonesia memiliki kedekatan sejarah, geografis, dan identitas kultural dengan kawasan tersebut. “Negara-negara seperti Papua Nugini, Fiji, Solomon Islands, New Caledonia, Tonga, Tuvalu, Vanuatu, hingga Kiribati dan Marshall Islands, adalah saudara-saudara kita di seberang samudra yang sama,” katanya.

Fadli Zon juga memuji kekayaan budaya lokal Nusa Tenggara Timur, terutama Sasando dan wastra NTT yang memiliki lebih dari 800 motif kain tenun dengan penetapan indikasi geografis. “Kekayaan budaya kita luar biasa, mulai dari tarian, musik, kuliner, hingga wastra. NTT menjadi salah satu tuan rumah yang memperlihatkan wajah Indonesia yang beragam namun tetap satu,” ungkapnya.

Di akhir sambutan, Menteri Fadli Zon menyampaikan harapan agar IPACS 2025 menjadi momentum untuk memperkuat jejaring budaya antara Indonesia dan negara-negara Pasifik, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai jembatan peradaban Asia dan Pasifik. “Semoga pameran ini memberi gambaran kepada saudara-saudara kita dari Pasifik tentang betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia, sebuah megadiversity yang menjadi kebanggaan dunia,” tutupnya.(*).

0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot