Berita-Cendana.Com - Kupang,- Kehadiran Teknologi mampu membentuk sikap dan perilaku manusia. Masyarakat Digital jadi tema diskusi FISIP Corner dan Sociology Fest oleh Program Studi Sosiologi Universitas Nusa Cendana Kupang.
Demikian disampaikan oleh Koordinator Program Studi Sosiologi, Susana C. L. Pellu, S.Sos.,M.Si di ruang kerjanya pada hari Senin, 14/11/2022.
"Tujuan kegiatan ini sudah disampaikan bahwa kita sekarang ada di masyarakat digital, kadang kita lupa bahwa kita punya akar budaya, kita terlena dengan kemajuan teknologi akhirnya banyak generasi muda sekarang yang sudah melupakan identitas budayanya. Oleh karena itu kegiatan ini kita kolaborasi antara FISIP Corner dan Sociology Fest ini salah satunya adalah supaya membangkitkan kembali rasa cinta generasi muda terhadap seni budaya.
Menurutnya, kegiatan tersebut bagian dari Fisip Corner dimana setiap Prodi diberikan kesempatan untuk berdiskusi. Kegiatan tersebut sudah dua kali gelar oleh Sosiologi dengan tema sebelumnya "PSK" kemudian hari ini "Masyarakat Digital". Kebetulan di Prodi Sosiologi ada Mata Kuliah Masyarakat dan Kebudayaan NTT dan Sociology Fest merupakan salah satu tugas dari mahasiswa semester III (Tiga) untuk menampilkan berbagai etnis di NTT, beber Susan sapaan akrabnya.
Lanjut Susan, rencananya kegiatan ini akan dijadikan kegiatan rutin tahunan. Diskusi Ilmiahnya itu kegiatan tahunan tetapi Sosiologi festival ini baru dilakukan tahun 2022. Jadi rencana kedepannya akan melakukan lagi tetapi dengan etnis yang lebih banyak lagi dan pada moment tersebut khusus semester III (Tiga) karena mereka yang memprogramkan mata kuliah Masyarakat dan Kebudayaan NTT, tegasnya.
"Tahun depan kita mau setiap angkatan itu ada dengan berbagai kesenian tradisional dan berbagai etnis dan akan gandeng alumni siapa tau dari alumni mau menampilkan sesuatu yang menarik. Bahkan tadi bukan hanya menampilkan tarian tradisional tapi juga ada disuguhkan makanan tradisional. Sosiologi punya program mata kuliah baru yakni Sosiologi Masyarakat Digital dan sudah masuk dalam kurikulum dan baru berlaku di tahun ini di semester 1," ungkap Koordinator Prodi Sosiologi Undana itu.
"Kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga kita berharap kedepannya bisa lebih bagus lagi dan tentunya kami juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama dari pihak Fakultas dan alumni," jelas Susan.
Selain itu, Drs. Yosep E. Jelahut, M.Si selaku pemantik dalam Diskusi Ilmiah menyampaikan bahwa masyarakat tradisional di zaman sekarang hanyalah sebagai sejarah. Esensi dari masyarakat sekarang adalah masyarakat digital atau digitalisasi masyarakat. Dalam hal ini sudah banyak perhatian dari para ahli, teoritisi-teoritisi sudah mengembangkan teori yang coba menjelaskan tentang bagaimana reaksi orang reaksi sosial manusia terhadap perkembangan teknologi, tegasnya.
"Teori-teori itu kami review dan muat di jurnal-jurnal. Teori tersebut menjelaskan bahwa manusia sekarang memberikan respon sosial terhadap teknologi melampaui respons manusia terhadap sesama manusia. Kita bisa lihat orang merasa tidak nyaman kalau tidak bawa hp. Ini suatu realita dari digitalisasi masyarakat atau masyarakat digital," jelas Yos sapaan akrabnya.
Pada tempat yang sama Dr. Petrus Ana Andung, S.Sos.,M.Si selaku Narasumber menyampaikan bahwa Elit Pemerintah, diskusi seperti ini menjadi festival gagasan (gagasan ilmiah) bagaimana sikap kita sebagai akademisi di pendidikan tinggi.
"Bicara soal masyarakat digital saya kira kita semua pasti tahu ketika orang bertanya apa itu masyarakat digital maka kita ini adalah masyarakat digital? Kita-kita ini adalah bagian masyarakat digital, teknologi menjadi integral dari kehidupan kita," jelas Dr. Petrus Ana Andung.
Media hadir sebagai teknologi dalam kehidupan untuk membentuk hidup dan perilaku merupakan suatu ciri khas dalam masyarakat digital. Dengan hadirnya android, smartphone turut membawa apa yang disebut dengan cyber activity, manusia banyak melakukan kegiatan-kegiatan berbagai cyber yang berbasis maya, jelasnya lagi.
Lanjut Dr. Petrus Ana Andung bahwa Para ahli mengatakan (Distance is Death) jarak itu sudah mati ketika hadir media digital. Orang dengan berbagai latar belakang budaya dengan jarak yang unlimited bisa berkomunikasi, bisa saling kenal bertukar pesan dan lain-lain.
Beberapa hal yang tidak bisa dihindari seperti prediksi McLuhan bahwa suatu saat dunia ibarat Global Village (desa global). Dimana setiap orang bisa terhubung satu dengan yang lain.
"Kita tidak bisa melarikan diri dari teknologi-teknologi. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang bahwa kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi," Tutupnya.(BCC/Tim).
Posting Komentar