DPD PARINDRA NTT Beri Ultimatum Kepada BPKP NTT Terkait PKN Kasus Bansos Sabu Raijua Senilai Rp 35,3 M

 

Berita-Cendana.com- KUPANG,– Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Pergerakan Pelajar Indonesia Raya (PARINDRA) Provinsi Nusa Tenggara  Timur (NTT) memberi ultimatum alias peringatan terakhir kepada Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPKP NTT) terkait hasil Perhitungan Kerugian Negara (PKN) oleh BPKP kasus dugaan korupsi Dana Bantuan Sosial (Bansos) pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sabu Raijua tahun anggaran (TA) 2013, 2014, dan 2015 sebesar Rp 35,3 M, yang mana sejak Juli 2019 hingga saat ini belum ada informasi apakah PKN itu telah dilakukan ataukah belum. 



Demikian disampaikan DPD PARNDRA NTT dalam press rilis yang diterima tim media ini melalui pesan WhatsApp/WA pada Jumat (22/01/2021).



“Pihak Kejati NTT telah mengekspos kasus Bansos tersebut sejak Juni 2019 sebagaimana diakui juga oleh Kepala Tata Usaha BPKP perwakilan NTT Sasana D.A, namun hingga Juli 2019 pihak BPKP perwakilan NTT belum membentuk tim pemeriksa dan belum melakukan PKN (media citranusaonline.com tanggal 15/7/2019). Juga ditegaskan kembali oleh Kepala Kejaksaan Tinggi NTT saat pertemuan dengan DPD Parindra NTT pada kamis 30 Januari 2020 bahwa hingga saat ini Kejati NTT masih menunggu PKN kasus Bansos Sarai oleh BPKP perwakilan NTT,” tulis PARINDRA NTT. 



Menurut DPD PARINDRA NTT¸ bahwa sesuai pertemuan BPKP Perwakilan NTT dengan DPD PARINDRA NTT (pada saat audiens tertanggal 04 Februari 2020 di Kantor BPKP), pihak BPKP mengatakan belum membentuk tim pemeriksa dan belum melakukan PKN dengan alasan hingga saat ini, masih ada kekurangan dokumen yang belum dilengkapi Kejati NTT sehingga proses PKN terkait kasus tersebut belum dilakukan. 



“BPKP perwakilan NTT juga mengatakan bahwa menjelang Pilkada serentak sehingga kasus-kasus yang ada kaitannya dengan Petahana ditunda hingga berakhir Pilkada. BPKP Perwakilan NTT juga mengatakan keterbatasan personil untuk membentuk TIM dalam menangani kasus ini. Selain itu, ada kasus-kasus besar yang sementara ditangani sehingga kasus Bansos Sabu Raijua belum ditindaklanjuti," beber PARINDRA NTT. 



Momen Pilkada telah berakhir pada tanggal 9 Desember 2020, lanjut PARINDRA NTT, kasus besar (NTT Fair) juga telah selesai. Namun, kasus Bansos Sabu Raijua telah berulang tahun kesekian kalinya. 



Menurut PARNDRA NTT¸ Hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar mengapa BPKP NTT hingga saat ini (tahun 2021¸red) belum juga melakukan PKN terkait Kasus Bansos Sabu Raijua? Apa kendalanya? Apakah benar Kejati NTT hingga saat ini belum juga melengkapi bukti/dokumen yang diminta untuk melakukan PKN? 



Lambatnya BPKP Perwakilan NTT¸ kata PARNDRA NTT, dalam melakukan PKN yang berdampak buruk pada penanganan kasus tersebut terkesan molor oleh Kejati NTT. Berdasarkan hal tersebut, maka DPD Parindra NTT mempertanyakan kembali dan menyatakan ultimatum kepada BPKP NTT sebagaimana berikut: 


1. Mendesak BPKP Perwakilan NTT agar SEGERA melakukan Perhitungan Kerugian Negara (PKN) kasus Bansos Sabu Raijua paling lambat 1 bulan sejak pernyataan ini disampaikan, sehingga pihak Kejati NTT bisa mengetahui besaran kerugian negara yang ditimbulkan sehingga dapat menaikan status kasus tersebut dari para saksi yang telah diperiksa. 


2. BPKP perwakilan NTT harus melakukan PKN Bansos Sabu Raijua secara teliti, jujur, dan bertanggung jawab serta menyampaikan hasilnya secara transparan kepada Kejati NTT dan masyarakat Sabu Raijua. 


3. BPKP perwakilan NTT sebagai lembaga Independen harus melakukan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai amanat Perpres N0.192 tahun 2014, dan tidak boleh terlibat dengan kepentingan apapun dengan para pihak yang terkait dalam kasus Bansos tersebut. 


4. Mengecam dengan Keras dan berikan sanksi tegas¸ apabila ada oknum BPKP perwakilan NTT bersama para pihak yang terkait Bansos Sarai dengan sengaja “bermain mata” untuk mengulur-ulur waktu PKN kasus Bansos tersebut untuk tujuan tertentu. 


5. BPKP Perwakilan NTT juga harus mengontrol dan mengawasi serta mengaudit adanya pembangunan yang mangkrak seperti jalan dan gedung kantor DPRD serta stadion di Kabupaten Sabu Raijua. 



6. BPKP perwakilan NTT harus proaktif dan sigap serta cepat dalam merespon setiap permintaan PKN dalam mengusut dugaan korupsi uang negara yang menghambat pembangunan di daerah-daerah di provinsi NTT. 

7. BPKP perwakilan NTT harus proaktif dan melibatkan masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi penggunaan keuangan negara dan pembangunan di daerah-daerah di provinsi NTT sehingga mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.

 

8. Meminta kepada Kejati NTT segera Menaikan status kasus Bansos Sarai dan para saksi yang telah diperiksa dalam kasus tersebut apabila telah menerima hasil PKN dari BPKP perwakilan NTT. 


9. BPKP perwakilan NTT dan Kejati NTT sebagai mitra harus bekerjasama secara jujur dan transparan dalam mencegah dan memberantas korupsi di daerah-daerah di provinsi NTT.


10. Apabila dalam waktu paling lambat 1 bulan sebagaimana pada poin 1 tersebut di atas belum dilaksanakan oleh BPKP perwakilan NTT, maka kami DPD Parindra NTT bersama dengan organisasi masyarakat yang anti korupsi akan datang dengan massa yang lebih banyak dan melakukan aksi demonstrasi di kantor BPKP NTT untuk meminta pertanggung jawaban BPKP perwakilan NTT dalam PKN kasus Bansos Sarai tersebut.

 

11. Apabila dalam waktu dua bulan, BPKP perwakilan NTT belum melakukan PKN terhadap kasus dugaan korupsi Bansos Sabu Raijua TA 2013, 2014, 2015 dan KEJATI NTT belum menetapkan kasus tersebut juga maka DPD PARINDRA NTT Meminta KPK RI untuk mengambil alih kasus tersebut dan memeriksa oknum-oknum yang sengaja mendiamkan kasus Bansos Sabu Raijua tersebut. 


“Demikian ultimatum ini kami sampaikan¸ agar segera ditindaklanjuti dan dilaksanakan oleh BPKP Perwakilan NTT bersama Kejati NTT. MARI BERSAMA KITA BERANTAS KORUPSI agar NTT dan Indonesia Maju. Teriring salam dan doa “Perbedaan yang Menyatukan¸” tegas PARINDRA NTT. 


Seperti diberitakan sebelumnya (06/12/2020)¸ belanja Hibah, Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan dan Belanja Tak Terduga sebesar Rp 35.370.600.000 (Rp 35,3 M) Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua Tahun Anggaran (TA) 2014 yang dikelola Dinas PPKAD bermasalah.


Hal itu terungkap dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI tertanggal 22 Juni 2015. Menurut BPK RI, hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban penggunaan dana diketahui bahwa atas belanja hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan yang telah disalurkan pada TA 2014, terdapat penerima yang belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana.


“Hingga akhir pemeriksaan per 8 Juni 2015, laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan yang belum disampaikan oleh penerima hibah dan bantuan (Bansos dan Bantuan Keuangan) sebesar Rp 4.425.775.653,” tulis BPK RI.


BPK RI merincikan, 1) Dana Hibah yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp 50.640.655 dari realisasi belanja hibah Rp 1.717.000.000; 2) Dana Bansos yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp 489.980.000 dari realisasi belanja Bansos Rp 6.250.000.000; dan 3) Belanja Bantuan Keuangan yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp 3.885.154.998 dari realisasi belanja Bantuan Keuangan Rp 21.772.615.140.


Untuk belanja Hibah TA 2014, terdapat belanja Hibah sebesar Rp 1.717.000.000 kepada 4 lembaga penerima yang tidak digunakan. Namun dana tersebut telah dicairkan sebesar Rp 1.308.807.070.


Sedangkan untuk Dana Bansos BPK RI dalam laporannya mengatakan, “Pemeriksaan terhadap daftar penerima bantuan sosial TA 2014 diketahui terdapat penyaluran bantuan sosial kepada penerima yang tidak memenuhi kriteria penerima bantuan (yang memiliki risiko sosial, red) sebesar Rp 547.700.000 (dengan rincian terlampir, red),” tulis BPK.


Selain itu, hasil konfirmasi kepada penerima Bansos diketahui bahwa terdapat Bansos untuk renovasi rumah adat Kelompok Wawa Rae sebesar Rp 50 juta belum dilaksanakan. Namun dana tersebut telah disetor ke Kas Daerah pada tanggal 3 Juni 2015.


Sedangkan untuk belanja bantuan keuangan terdapat kelebihan pemberian bantuan kepada 3 Parpol sebesar Rp 25,8 juta. Hingga pemeriksaan berakhir, kelebihan tersebut belum disetor ke Kas Daerah. (YT/TIM).

1/Komentar/Komentar

  1. sudah ada hasil pemeriksaan bpk RI kenala harus diperiksa bpkp lagi,

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot