Dalam kunjungan tersebut Ketua Klasis Amanatun Selatan,Yuli Yanti Bana-Libu, S.Th, M.Th kepada media bahwa, untuk seluruh jemaat terkhusus wilayah Manumeni harus menjunjung tinggi peraturan GMIT yang berlaku.
Lanjut Ketua Klasis, harus menjaga keutuhan sebuah lembaga dan tidak terpaku dengan kekuasaan jabatan. Apalagi dalam lembaga gereja, tidak serta-merta terpaku pada mimbar gereja tetapi seorang pemimpin harus benar-benar menjalankan fungsi pelayanan sebagai gembala dan pastoral bagi seluruh jemaat.
Tujuannya, untuk melihat secara langsung keadaan jemaat dan perlu ada perkunjungan-perkunjungan untuk melanjutkan atau mengaplikasikan misi pelayanan gereja yang Am atau universal sehingga jemaat pun tidak membangun pagar-pagar yang membatasi dirinya dengan sesama dalam gereja dan juga alam semesta ciptaan Tuhan. Ujarnya.
Selain itu, mengawali bulan bahasa dan budaya yang ditetapkan GMIT, maka gereja perlu membangun hubungan yang baik dalam keberagaman yang ada di lingkungan GMIT maupun di luar lingkungan GMIT tanpa melihat perbedaan sebagai batas dan wujud tanggung jawab gereja.
Sebagai gereja yang saat ini berada dalam situasi pandemi covid-19 maka semangat pelayanan setelah Paskah dan menanti peringatan masa pencurahan roh kudus, maka semangat melayani tetap berjalan dengan baik dan berpatokan pada SOP GMIT dan kiranya dalam menghadapi pasca badai seroja yg melanda NTT maupun warga GMIT perlu pembenahan lebih baik lagi di tengah situasi ini dengan saling menguatkan bahwa ada hikmah dan rencana TUHAN yang indah dibalik semua ini. Ujarnya.
Rapat evaluasi ini dihadiri oleh seluruh prespiter dan juga para tua-tua gereja dan juga jemaat yang ada di wilayah Manumeni.
Penulis: Rhey Natonis
Posting Komentar