GRAK dan AMMAN FLOBAMORA dan Formada NTT Desak KPK Periksa Gubernur Terkait Hapus Buku Kerugian MTN Rp 50 M di Bank NTT

Berita-Cendana.com- Kupang,- Pegiat anti korupsi yang tergabung dalam Gerakan Republik Anti Korupsi (GRAK) dan Aliansi Masyarakat Madani Nasional (AMMAN) FLOBAMORA serta Formada kembali mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis, 16 Desember 2021.


Kedatangan 3 organisasi tersebut ke gedung komisi anti rasua itu bertujuan untuk meminta KPK agar men-supervisi Kasus Dugaan Korupsi Pembelian Medium Term Notes (MTN) PT. SNP oleh Bank NTT.

Selain itu, mereka juga meminta agar KPK memanggil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT, Josef Nai Soi, untuk diperiksa terkait Hapus Buku Kerugian MTN sebesar Rp 50 M di Bank NTT.


Demikian informasi yang diperoleh tim media berdasarkan press realese yang diterima, Kamis (16/12/2021).


"Kami meminta KPK harus men-supervisi kasus dugaan korupsi sekaligus mengusut ada atau tidak adanya tindakan gratifikasi dalam proses hukum penanganan Kasus dugaan korupsi Pembelian Medium Term Notes (MTN) PT. SNP oleh Bank NTT" ujar 

Ketua GRAK, Yohanes Hegon Kelen Kedati.


Menurutnya, alasan mereka meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk men-supervisi kasus MTN di Bank NTT antara lain:


1) Lambatnya Kejaksaan Tinggi NTT memantau pelaksanaan tindaklanjut rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada/dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (DTT) pada Bank NTT yang dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 14 Januari. Padahal pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK tersebut potensi kerugian yang dialami sangat besar, kurang lebih 250 Miliar Rupiah;


2) Lambatnya Kejaksaan Tinggi NTT menetapkan tersangka Kasus dugaan korupsi pembelian Medium Term Notes (MTN) PT SNP oleh Bank NTT. Kerugian yang dialami Bank NTT terkait Kasus MTN sebesar Rp 60,5 M. Berasal dari pokok MTN Rp 50 M dan bunga Rp 10,5 M;


3) Diduga ada oknum tertentu yang mencoba memperlambat proses hukum penanganan Kasus dugaan korupsi Pembelian Medium Term Notes (MTN) PT SNP oleh Bank NTT yang sedang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi NTT. 


4) Kasus Dugaan Korupsi MTN pada Bank NTT bukan satu-satunya kasus dugaan korupsi yang terjadi dalam PT. Bank NTT.


Selanjutnya, GRAK menilai bahwa Kejati NTT tidak serius dalam membongkar aktor intelektual di balik kasus dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di Bank NTT.


GRAK juga meminta KPK dibawah kepemimpinan Komjen. Pol. Drs. Firli Bahuri, M.Si. untuk benar-benar menunjukan kinerja dan komitmen yang serius dalam rangka memberantas korupsi dan mengusut tuntas kasus dugaan korupsi yang terjadi di NTT yang selama ini menjadi salah satu provinsi terkorup di Indonesia.


 "Besar kemungkinan, kasus dugaan korupsi yang terjadi di Bank NTT akan menjadi atensi Komisi III DPR RI. Oleh karena itu, KPK di bawah pimpinan Bapak Komjen. Pol. Drs. Firli Bahuri, M. Si, harus tetap menjaga wibawa lembaga negara yang menjadi garda terdepan dalam menangani dan mengusut tuntas tindakan korupsi,"tegasnya.


Sementara itu, menurut ketua AMMAN FLOBAMORA, Roy Watu Pati, alasan mereka meminta KPK memeriksa Gubernur NTT dan Wakil Gubernur NTT, antara lain:


1) Sebagai Pemegang Saham Prioritas (PSP) pada PT. Bank NTT, Gubernur NTT membiarkan dan menyetujui hapus buku kerugian MTN Rp 50 M dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Bank NTT;


2) Setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merilis Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (DTT) pada Bank NTT dan mengungkap adanya potensi kerugian negara pada Bank NTT, Gubernur NTT sebagai Pemegang Saham Prioritas (PSP) pada PT. Bank NTT, tidak memberhentikan sementara jajaran komisaris dan direksi Bank NTT sebagai pengelola Bank NTT, yang bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi di Bank NTT, untuk tujuan pemeriksaan lebih lanjut terkait potensi kerugian yang dialami oleh Bank NTT tersebut. 


"Terkesan Gubernur NTT sebagai Pemegang Saham Prioritas (PSP) pada PT. Bank NTT membiarkan kerugian pada Bank NTT itu terjadi dan mempertahankan komisaris dan direksi bank NTT yang harusnya bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Apa gerangan Gubernur membiarkan mereka tetap mengelola Bank NTT?" tandas Roy Watu Pati. (Tim).

0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot