
Berita-Cendana.Com - TTS, - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Timor Tengah Selatan mengkritisi kinerja Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati dan Wakil Bupati TTS, Eduard Markus Lioe, S.IP, SH, MH, dan Johny Army Konay, SH, MH. Pemda jangan hanya mengurus kegiatan hiburan dan seremonial saja karena masyarakat membutuhkan pembangunan yang nyata bukan seremonial belaka.
Demikian disampaikan oleh salah satu Anggota DPRD TTS dari Fraksi Nasdem, Hendrikus B. Babis kepada wartawan melalui telepon selulernya pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Politisi Nasdem tegas bahwa kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati sudah memasuki triwulan ketiga namun belum ada pembangunan yang nyata di Kabupaten di daerah, justru panggung hiburan dan seremoni yang terus bergulir di tengah jeritan masyarakat TTS.
"Ini sangat memalukan sekali karena masyarakat membutuhkan pembangunan yang nyata bukan hiburan dan seremonial,” tegas Politisi Nasdem itu.
Lanjutnya, waktu yang tersisa hanya empat bulan ke depan dalam tahun ini sehingga pembangunan yang nantinya dipaksa kejar waktu semua tidak akan ada hasil yang baik, kesal Heba sapaan akrabnya.
"Kalau pembangunan dipaksa kejar waktu, kualitasnya pasti hancur. Semua perencanaan, RPJMD, dan Perda yang sudah disepakati, hanya tinggal kertas tanpa wujud dan ketika dipaksakan, yang ada hanyalah proyek asal jadi,” katanya.
Menurut Politisi Nasdem itu bahwa potret paling menyakitkan, adalah ketika warga Kecamatan Oenino dan Polen harus melangkah jauh ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) untuk mengadu, mereka datang bukan untuk jalan-jalan, melainkan mencari keadilan atas hak ganti rugi mereka.
"Coba bayangkan. Warga TTS datang mengadu ke Bupati TTU. Ini tamparan keras. Artinya, pemimpin di TTS tidak hadir untuk rakyatnya. Bupati dan wakilnya diam, seakan tuli pada jeritan masyarakat sendiri,” tegas lagi Heba.
Lebih jauh, Heba menuding bahwa roda birokrasi kini macet total, bukan karena kurangnya anggaran, melainkan karena salah arah kepemimpinan.
"OPD-OPD kita bukannya kerja serius, malah disibukkan jaga stand pameran. Bayangkan, urusan rakyat dikesampingkan, demi sebuah pameran yang tidak jelas dampaknya. Kalau begini, siapa yang mau urus pembangunan daerah?
Ia pun menyindir keras peran Wakil Bupati. “Army Konay ini kerjanya apa? Kalau cuma buka pameran, apa dampaknya untuk pembangunan? Daerah ini butuh kerja nyata, bukan sekadar panggung foto dan acara seremonial,”.
Ia juga sempat membandingkan Kabupaten TTS dengan Kabupaten lain. Di Kabupaten lain sudah melaju dengan pembangunan konkret, sementara TTS sibuk dengan pesta seremonial.
"Kalau Bupati mau cari senang, silahkan. Tapi ingat, rakyat butuh pembangunan, bukan hiburan. Hiburan boleh, tapi pembangunan jangan mati. TTS ini butuh perubahan. Kalau kita hanya jalan di tempat, lima tahun kedepan akan jadi bencana besar,” kesal Heba.
Heba bahkan mengaku pesimis pada masa depan TTS di bawah kepemimpinan Buce–Army. Baginya, pembangunan lima tahun ke depan sudah terlihat gelap.
"Saya pesimis. Kalau dari sekarang saja tidak ada tanda-tanda pembangunan, jangan harap sisa periode ini akan membawa perubahan. Semua hanya bayangan. Dan rakyat yang menanggung akibatnya,” tutup Heba dengan suara bergetar menahan marah.(*).
Posting Komentar