Berita-Cendana.Com- Kupang,- Selama 6 bulan di 2025, CIRMA menjalankan pendampingan intensif melalui program Empowering West Timor. Hasil evaluasi akhir tahun (dengan alat analisis CIPP, SWOT, dan Pentagon Livelihood) menunjukkan adanya capaian signifikan pada peningkatan kapasitas petani, penguatan modal sosial, adopsi teknik agroekologi, serta operasional 32 demplot poktan dan 10 LOPEEZ (lopo eco enzyme).
Demikian disampaikan oleh Direktur CIRMA Jhon Ladjar di Hotel Neo Aston pada Kamis, 4 Desember 2025.
Setelah melakukan kegiatan dua hari, merefleksikan perjalanan panjang kegiatan Transformasi Pembelajaran, Kelembagaan, dan Livelihood Petani Kecil di Timor Barat. Namun hasil evaluasi juga menegaskan bahwa keberlanjutan perubahan membutuhkan struktur kelembagaan poktan yang kuat, pembelajaran iklim yang terstandar, tata kelola aset yang formal, dan kemandirian ekonomi kelompok, jelas Direktur CIRMA.
Dokumen arah strategis 2026–2028 menetapkan enam pilar transformasi sebagai fondasi bagi fase baru program, yaitu:
Pertama, Pembelajaran Iklim Terintegrasi (Climate Learning Pathway) sebagai kurikulum resmi, memastikan pembelajaran berjalan sistematis dalam enam tahap: SLI, SBI, Agroekologi, Demplot, Monitoring, dan Evaluasi Musim.
Kedua, Penguatan Kelembagaan melalui Model Poktan 5 Pilar, yang mencakup SOP organisasi, kepemimpinan, unit usaha, pengelolaan aset, dan sistem data sebagai prasyarat keberlanjutan.
Ketiga, Transformasi Poktan menjadi Unit Usaha berbasis demplot hortikultura, pupuk organik, dan benih lokal untuk membangun kemandirian finansial.
Keempat, Tata Kelola Aset penunjang fasilitas Air Bertani dan LOPEEZ secara profesional untuk memastikan keberlanjutan fungsi dan pemanfaatannya sebagai instrumen livelihood.
Kelima, Pembangunan Sistem Data Poktan untuk pengambilan keputusan berbasis bukti dan pemantauan kinerja kelompok secara real-time melalui dashboard petani di platform digital CIRMA.
Keenam, Reformulasi Peran Fasilitator menjadi katalis transformasi sosial dan kelembagaan, bukan operator teknis.
Dengan strategi baru ini, CIRMA menargetkan bahwa pada 2027: 100 persen desa dampingan menerapkan Climate Learning Pathway; 75 persen Poktan memiliki SOP dan kepengurusan berfungsi. 50 persen Poktan menjalankan unit usaha aktif.
Seluruh aset penunjang fasilitas air Bertani dan LOPEEZ memiliki SOP teknis dan keuangan; Seluruh Poktan memiliki sistem data terstandarisasi dan terkanalisasi lewat dashboard Poktan di platform digital CIRMA. Komunitas petani kecil mampu mengambil keputusan tanam berbasis risiko iklim.
Arah strategis ini menandai transformasi CIRMA dari lembaga pendamping teknis menjadi katalis perubahan struktural komunitas, yang menggabungkan pembelajaran iklim, penguatan kelembagaan, dan pengembangan livelihood berbasis kewirausahaan sosial. CIRMA menegaskan komitmennya untuk membangun komunitas petani kecil yang mandiri, tangguh iklim, dan berkeadilan di Timor Barat.(*).

Posting Komentar