Berita-Cendana.Com- Kupang,- Perubahan iklim di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2025 menunjukkan pola cuaca yang kian tidak menentu dengan peningkatan suhu udara dan risiko bencana ekstrem yang lebih tinggi. Silvia Fanggidae menyebut 7 Kabupaten di Nusa Tenggara Timur akan mengalami perubahan iklim yang sangat kronis pada tahun 2025/2026.
Demikian disampaikan oleh Koordinator Program Siap Siaga Provinsi NTT, Silvia Fanggidae pada momentum Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh DPW Partai Nasdem di Millenium Ballroom Kupang pada Jumat, 19 Desember 2025.
Menurut Silvia, Perubahan iklim di Provinsi Nusa Tenggara Timur makin hari makin meningkat. Perubahan itu menjadi tantangan bagi masyarakat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, karena curah hujan yang tak menentu. Masyarakat akan menghadapi kerentanan tinggi terhadap perubahan iklim kronis, terutama kekeringan, curah hujan ekstrim, banjir bandang, dan erosi pesisir di 7 Kabupaten itu, katanya.
Ketujuh kabupaten yang sering disebut dalam konteks kerentanan iklim di NTT meliputi: Sabu Raijua, Sumba Timur, Manggarai, Malaka, Kota Kupang, TTS dan Sumba Barat Daya. Ketujuh kabupaten pertama disebutkan mewakili zona kerentanan iklim tertinggi. Karakteristik utama wilayah NTT adalah iklim tropis kering dengan musim kemarau yang panjang, menjadikannya sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, jelas Koordinator Program Siap Siaga Provinsi NTT itu.
Berikut adalah poin-poin utama terkait kondisi iklim di NTT selama tahun 2025:
Pola Musim dan Curah Hujan Musim Kemarau: Sebagian besar wilayah NTT mulai memasuki musim kemarau pada Mei hingga Juni 2025. Meskipun durasi kemarau tahun 2025 diprediksi lebih pendek dari normal, NTT tetap mengalami risiko kekeringan ekstrim terpanjang di beberapa titik akibat dominasi monsun Australia yang kering.
Musim Hujan 2025/2026: Musim hujan diperkirakan mulai secara bertahap pada November hingga Desember 2025. Sifat hujan tahun ini diprediksi di atas normal (lebih basah dari rata-rata), dengan puncak curah hujan ekstrim diantisipasi terjadi antara 29 Desember 2025 hingga awal Januari 2026.
Kenaikan Suhu dan Gelombang Panas Tahun 2025 diprediksi secara global sebagai salah satu tahun terpanas dalam sejarah. Hal ini berdampak langsung pada kenaikan suhu di NTT, yang meningkatkan penguapan air tanah dan memperburuk ketersediaan air bersih.
Dampak Terhadap Sektor Utama: Pertanian, Perubahan iklim dilaporkan memangkas hasil panen di NTT hingga 40% akibat pola hujan yang sulit diprediksi dan serangan hama.
Lingkungan dan Biodiversitas: Terjadi pergeseran tipe iklim yang mengancam keanekaragaman hayati dan menurunkan daya dukung lingkungan. Bencana Alam: Peningkatan intensitas curah hujan di penghujung 2025 meningkatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor di wilayah pegunungan dan pesisir.
Langkah Adaptasi: BMKG dan pemerintah daerah terus mendorong penggunaan teknologi Biochar serta pelatihan tim siaga bencana desa untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman kekeringan dan cuaca ekstrem.
Hadir sejumlah pembicara berpengaruh, yaitu, Dr. Pius Rengka, SH., M.Sc, Prof. Dr. David B. W. Pandie.,MS, Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si, Dr. Ya’qud Ananda Gudban, SS., SST. Par., MM, Silvia Fanggidae dan Romo Dr. Leo Mali, Pr. (Kumpulan Berbagai Sumber, termasuk BMKG).

Posting Komentar