Retret Forkoma PMKRI Regio Timor Digelar 12-14 Desember

Berita-Cendana.Com- Kupang,- Setelah rangkaian retret alumni PMKRI Regio Flores berlangsung lancar di Ruteng pada 5–7 Desember lalu, Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) PMKRI Nusa Tenggara Timur kini bersiap melanjutkan kegiatan serupa untuk Regio Timor. Retret akan digelar pada 12–14 Desember 2025 di Biara Susteran SSpS Bello, Kupang.

Ketua Panitia, Paskalis Angkur, menyampaikan bahwa hingga H-1 tercatat sekitar 300 alumni memastikan kehadiran. Angka itu dihimpun dari pendaftaran daring yang ditutup pada 7 Desember dengan 230 peserta, ditambah 70 peserta yang mendaftar secara luring. “Kita pastikan besok peserta mencapai 300 orang,” ujar Paskalis saat meninjau persiapan akhir di lokasi kegiatan, Kamis, 11 Desember malam.

Paskalis didampingi Sekretaris Panitia Ronald Raya. Hadir pula Ketua DPD Forkoma PMKRI NTT, Aloysius Min, serta mantan Ketua PMKRI Cabang Kupang, Johni Kaunang. Forkoma Pusat juga terkonfirmasi mengutus Sekretaris Umum Herry Soba dan tokoh alumni nasional Christofel Nugroho.

Kehadiran para tokoh tersebut menandai luasnya jejaring alumni PMKRI, sekaligus menggambarkan keragaman pengalaman lintas generasi yang hendak dipertemukan kembali melalui ruang kontemplatif ini.

Meneguhkan Mandat Moral

Retret Forkoma di dua regio ini mengusung tema “Mari Kita Memulai Lagi untuk Berbagi”. Tema tersebut, menurut Ketua DPD Forkoma PMKRI NTT, Aloysius Min, bersumber dari inspirasi St. Fransiskus dari Asisi—seruan untuk kembali membangun “Rumah Tuhan”.

Aloysius melihat tema itu relevan bagi para alumni yang kini bergulat dengan dinamika profesi, politik, dan panggilan hidup masing-masing. “Retret ini mengingatkan siapa kita, dari mana kita berangkat, dan untuk apa kita dipanggil. Dengan saling berbagi pengalaman dan tanggung jawab, alumni dapat kembali memainkan peran strategis bagi masyarakat dan daerah,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa tiga nilai dasar PMKRI—kristianitas, fraternitas, dan intelektualitas—menjadi titik berangkat refleksi. Karena itu, retret dirancang tidak sekadar sebagai forum ceramah, melainkan ruang dialog partisipatif. Pemantik hanya berperan membuka percakapan; ruang utama diberikan kepada peserta untuk berbagi pengalaman dan membaca ulang panggilan hidup mereka.

Untuk Regio Timor, sejumlah pemantik telah dijadwalkan hadir, termasuk Uskup Agung Kupang Mgr. Hironimus Pakaenoni, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, akademisi RD Dr. Leo Mali, serta para tokoh alumni PMKRI dari pusat dan daerah.

Kembali ke Akar

Secara filosofis, retret ini diposisikan sebagai “ruang sunyi” bagi alumni. Tempat mengambil jeda dari ritme kehidupan profesional dan politik yang semakin cepat. Dalam dokumen pengantar retret disebutkan bahwa alumni diajak “kembali ke dusun”: sebuah metafora mengenai kembali ke ruang hening, tempat seseorang menata ulang perjalanan hidup dan menemukan energi baru untuk berbagi.

Retret merumuskan tiga pilar sebagai arah refleksi:

Kristianitas

– Mengidentifikasi tantangan etis dalam profesi masing-masing.

– Menyegarkan panggilan untuk menghadirkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sosial.

– Menghidupkan kembali semangat solidaritas.

Fraternitas

– Mempertemukan visi alumni yang kini tersebar dalam profesi berbeda.

– Membuka ruang kolaborasi lintas generasi.

– Memperkuat rasa memiliki dalam peran publik.

Intelektualitas

– Mendorong alumni menjadi rujukan pemikiran kritis bagi Gereja dan masyarakat.

– Menegaskan tanggung jawab intelektual dalam pembangunan daerah dan bangsa.

Harapan Akan Keterlibatan Baru

Paskalis Angkur menegaskan bahwa retret ini tidak berhenti pada temu kangen atau romantisme masa lalu. “Kerinduan bertemu itu penting, tetapi refleksi atas perjalanan hidup dan panggilan publik jauh lebih penting. Di sini alumni menata ulang kompas nilai yang lama mereka pegang,” katanya.

Ia berharap retret menjadi momentum memperkuat kembali kontribusi alumni PMKRI bagi Gereja, masyarakat, dan negara. Pada titik ini, alumni ditantang kembali menghadirkan keberanian moral dan kejernihan intelektual. dua hal yang semakin dibutuhkan di tengah perubahan sosial dan politik yang cepat.

Dengan berkumpulnya ratusan alumni di dua wilayah besar, Forkoma PMKRI NTT berharap retret ini menjadi pintu masuk bagi keterlibatan yang lebih sistematis: dalam karya sosial, advokasi publik, pendidikan politik warga, dan pembangunan daerah.

Retret ini, pada akhirnya, menegaskan bahwa alumni PMKRI dengan fondasi spiritualitas dan intelektualitas yang kuat hendak kembali menyelaraskan langkah mereka dengan motto Pro Ecclesia et Patria: demi Gereja dan Tanah Air.(*).


0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot