Biografi dr. Bram Natanael Sembiring, Kisah Dokter Asal Medan Inovatif Tanpa Batas Peduli Disabilitas di NTT

Berita-Cendana.com- Ende,- Salah satu Kisah inspiratif dari dr. Bram Natanael Sembiring dari sejak kecil adalah seorang anak yang penuh impian. Dalam keluarganya Dokter Bram merupakan anak pertama dari tiga  bersaudara Grace Faskarina Sembiring dan Bob Agustinus Sembiring dari pasangan Dra. Diarta Karolina Kaban, M. Si dan Jhon Putra Sembiring, SH. 


Pria kelahiran Medan 25 Desember 1992 ini memiliki Impiannya menjadi dokter. Sejak kecil mendapat olok-olokan dari teman, guru nya dikarenakan ia bukan termasuk murid yang  pintar. 


Saat duduk di bangku pendidikan Bram selalu terseok-seok dalam masalah pelajaran dan administrasi, karena ekonomi keluarga yang susah karena ayahnya terdampak krisis moneter Tahun 1998 yang membuat orang tuanya tidak akur. 


Menurut Bram banyak anak di Indonesia yang gagal akibat orang tua yang tidak dewasa saat menjalin suatu pernikahan (broken home) namun tidak menghalanginya menjadi seorang dokter. 


Tahun 2010 Bram diterima sebagai mahasiswa Universitas Negeri Lampung Jurusan Ilmu Komputer, saat itu Bram gagal lulus pada pilihan pertamanya menjadi seorang dokter.  Mengingat kembali  cita-citanya serta motivasi dari sang ibu , pada tahun 2011 ia memutuskan meninggalkan Universitas Negeri Lampung dan kembali ke Medan dan masuk di jurusan Kedokteran Universitas Prima Indonesia. 


Selama menjadi mahasiswa Dokter Bram aktif dalam organisasi Eksternal kampus. Ia bercerita pernah hampir dikeluarkan dari kampus karena menurunkan teman-temanya saat menggalang aksi dana GOZI di jalan (goceng untuk gizi) bersama Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI). Bram juga mengatakan pernah berjualan hamburger dan beberapa bisnis kuliner kecil-kecilan sewaktu kuliah namun bangkrut. 


Akibat sifatnya yang aktif suka bergaul ia mendapatkan beasiswa Prestasi Pengembangan Akademik (PPA) dari kemenristekdikti selama berada di bangku kuliah. 


Dokter Bram juga tertarik dan mendalami psikologi ilmu olah pikir (Hypnotherapy) mulai dari usia 20 tahun Bram sudah menjadi pembicara seminar mengadakan pelatihan hypnotherapy dan berbagai event seminar bahkan seminarnya pernah dihadiri 2000 orang peserta. 


Pada tahun 2017 Bram berhasil menyelesaikan masa studi nya dan bertugas di RSI. Muhammadiyah Sumberejo Jawa Timur. Sebagai dokter yang baru merantau ia pernah tidur di musolah pom bensin pertamina karena tidak ada penginapan di kecamatan tempat ia bertugas, pengalaman nya masuk ke basis islam yang berbeda dengan keyakinannya, menurutnya membuat ia paham bahwa perbedaan agama bukan menjadi penghalang justru pelengkap dan ia banyak belajar selama bergabung dengan organisasi Muhammadiyah. 


Ia juga pernah bergabung sebagai Dokter Kepolisian RS. Bhayangkara Polda Sumut sebelum akhirnya mengikuti Program Dokter Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan tahun 2019 di Puskesmas Maurole Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.  Saat itu dirinya membuat suatu pilihan karena diwaktu yang sama ia juga lulus pada seleksi program S2 jurusan Biomedis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 


Di NTT ia mulai berinovasi menjadi penggagas Bank Sampah di Puskesmas pertama di NTT dengan inovasinya membuat Sampah memiliki nilai uang sehingga pasien memiliki tabungan sampah dan sewaktu-waktu bisa membayar pengobatan dengan Sampah. Namun cobaan ia alami, Bram mengalami kecelakaan saat penugasannya akibat jalanan Flores yang dominan rusak parah sehingga mengalami patah tulang Clavicula (tulang selangka) yang membuatnya harus menjalani operasi. Saat itu ia bercerita harus di evakuasi menggunakan pesawat karena di daratan Flores dekat kabupaten ia bertugas tidak ada dokter spesialis ortopedi. Sakit yang ia alami itu justru menjadi motivasinya peduli dengan penyandang cacat/disabilitas .


Selama bertugas di Puskesmas Maurole ia rutin kunjungan rumah serta turut serta mengantar dan mendampingi pasien disabilitas ke rumah sakit daerah menempuh jarak lebih kurang 174 km pulang pergi. Bram percaya Saat ia menolong orang lain sebenarnya ia sedang menolong dirinya sendiri. Selama di NTT ia bercerita masyarakat banyak kesulitan air dan penghasilan serta minimnya anak-anak NTT yang punya impian/cita-cita.


Saat ini dokter Bram ingin terus melanjutkan pendidikan serta berkarya dan menolong sesama juga dengan mendirikan klinik pratama dr. Bram Natanael Sembiring yang ada di Medan dan ia berencana akan membuat lebih banyak klinik sehingga semua bisa mendapatkan pelayanan kesehatan maximal. Ia berpesan bahwa anak- anak Indonesia harus punya cita-cita dan jangan malu untuk mengucapkan cita-cita karena bisa jadi saat kita mengungkapkan cita-cita kita pada orang lain, malaikat Tuhan mendengarkan cita-cita kita.(***).

0/Komentar/Komentar

Lebih baru Lebih lama

Responsive Ad Slot

Responsive Ad Slot